Resep Bolu Pisang Moist - Best Banana Bread
Weekend lalu, saya dan Ibu berkunjung ke rumah adik saya, Tedy, di Cilebut, Bogor. Kami berdua membawa bibit pohon pisang yang tumbuh subur di halaman rumah, Wiwin, adik saya lainnya yang tinggal di Mampang. Rencananya pohon pisang tersebut akan ditanam dirumah saya dan Tedy di Cilebut. Jika anda mengikuti perjalanan blog ini, niscaya pernah membaca dongeng si pohon pisang yang bahwasanya bibitnya berasal dari rumah abang di Batam. Jenis pisang hijau dengan ukuran pohon pendek dan buah yang luar biasa banyak. Satu pohon bisa menghasilkan sampai 9 sisir pisang yang gendut dan besar ukurannya, bahkan pohon pertama yang berbuah mempunyai buah lebih besar dari pisang Sunpride yang banyak dijual di supermarket. Sayangnya, walau pisang ini sangat produktif dan gampang ditanam, namun kadar gulanya yang tinggi menciptakan buahnya cepat sekali matang. Ketika matang, maka serentak satu tandan pisang akan matang bersamaan menciptakan kami pusing tujuh keliling mencari nalar hendak mengolahnya. Tekstur dagingnya yang lembek menciptakan tidak semua suka menyantapnya sebagai buah meja.
Setiba di rumah Tedy, sesudah bermain-main dengan dua keponakan lucu putra adik saya, kami berangkat ke perumahan di tempat Cilebut dimana rumah saya dan rumah kedua Tedy berada. Terus terang saya sangat kagum dengan adik saya ini, betapa jagonya dia dan Diar, istrinya, mengelola keuangan keluarga. Dalam usia yang masih terbilang muda, mempunyai dua anak dan hanya Tedy yang bekerja, bisa melunasi KPR rumah pertama dan sekarang bahkan mencicil rumah kedua. Saya bandingkan dengan hidup saya kala masih diusia tersebut, uang honor setiap bulan selalu habis untuk tujuan yang tak jelas.
Selain pohon pisang, kami juga membawa sebuah pohon mangga didalam pot yang besar. Mangga Thailand ini saya beli di festival tumbuhan di Lapangan Banteng dan tadinya ditanam didepan rumah Wiwin. Sayangnya alasannya yaitu pertumbuhannya yang semakin jumbo dan menutup halaman rumah, Wiwin lantas menghibahkan si mangga ke Tedy yang menerimanya dengan suka cita. Kami datang di perumahan sekitar pukul sebelas siang, sinar matahari hari itu luar biasa terik dengan udara yang terasa gerah, sangat tidak mendukung perjuangan kami menggali lubang dihalaman berbatu untuk menanam mangga dan bibit pisang.
Selain pohon pisang, kami juga membawa sebuah pohon mangga didalam pot yang besar. Mangga Thailand ini saya beli di festival tumbuhan di Lapangan Banteng dan tadinya ditanam didepan rumah Wiwin. Sayangnya alasannya yaitu pertumbuhannya yang semakin jumbo dan menutup halaman rumah, Wiwin lantas menghibahkan si mangga ke Tedy yang menerimanya dengan suka cita. Kami datang di perumahan sekitar pukul sebelas siang, sinar matahari hari itu luar biasa terik dengan udara yang terasa gerah, sangat tidak mendukung perjuangan kami menggali lubang dihalaman berbatu untuk menanam mangga dan bibit pisang.
"Hadoh Ma, ngapain sih kita nanam pisang segala? Memang ntar ada yang makan buahnya? Yang dirumah Wiwin saja pisangnya nggak laku," gerutu saya sambil mengayunkan sebatang linggis ke tanah yang super berbatu. Ibu saya berdiri dibawah keteduhan teras, mengawasi proses menggali tanah, "Ya gak papa, niscaya nanti ada yang akan makan buahnya. Ayo cepat digali tanahnya," jawab dia sambil menunjuk ke tanah didepan hidung saya. Tanah dihalaman rumah Tedy yang gres ini bukanlah jenis tanah kebun atau tanah normal lainnya, melainkan timbunan watu kerikil bekas bangunan. Sebenarnya sangat tidak layak tanam tapi Ibu saya tetap bersikeras. "Di Paron saja pohon pisang subur dihalaman belakang, padahal isinya timbunan watu semua." Saya mengalah dan mulai menciptakan lubang, sementara Tedy kabur dengan sukses ke dalam rumah, alasannya, "Aku ngecek air ledeng dulu ya, airnya belum normal keluarnya."
Berhasil menanam dua bibit pisang, saya harus melanjutkan menciptakan lubang lagi (kali ini dengan ukuran yang jauh lebih besar!) di tepian jalan untuk menanam pohon mangga. Pohon tersebut cukup besar, setinggi hampir 1.5 meter sehingga niscaya akarnya telah banyak terbentuk. Panas matahari semakin terik, keringat bercucuran dibalik kardigan berwarna putih yang saya kenakan. Tak sanggup lagi, alhasil saya berteriak memanggil Tedy, "Ted, bantuin bikin lubang!" Adik saya muncul dengan segera, "Ya, sini saya bantu," jawabnya. Linggis saya serahkan (kami tidak mempunyai cangkul), gres sekitar empat ayunan linggis, adik saya berhenti bekerja dengan nafas ngos-ngosan, kulit wajahnya yang putih terlihat memerah. Kami semua ngakak tertawa, "Gimana sih, gres segitu saja udah kelenger," ejek saya. "Eh saya kan bukan Sarjana Pertanian, masuk akal lah," katanya membela diri. Saya mendelik mendengarnya, "Apa hubungannya antara Sarjana Pertanian dan menciptakan lubang ditanah? Ini duduk masalah tenaga dan teknik," tukas saya dengan nada kesal.
Diar dengan telaten mengeluarkan tanah dari dalam lubang memakai sekop kecil, yang walau membutuhkan waktu seabad namun perlahan dan niscaya lubang lebar berhasil dibuat. "Diar memang telaten, kerjanya pelan tapi terus-terusan dan gak mengeluh sama sekali," puji Ibu ke menantunya yang rajin. Saya hanya bisa menggerutu dalam hati. Sebagai pembuat lubang dan yang paling banyak tenaga keluar, saya tidak mendapatkan kebanggaan secuilpun! Akhirnya sebatang pohon mangga dan empat bibit pisang berhasil ditanam dihalaman rumah Tedy dan saya. Entah apakah tumbuhan tersebut akan berhasil tumbuh, namun yang terperinci Ibu saya terlihat lega dan happy melihatnya. Itu yang terpenting. 😅
Okeh kembali ke resep kali ini. Nah saat dua ahad yang lalu, pohon pisang ketiga di rumah Wiwin panen dan menghasilkan 9 sisir pisang. Saya lantas mengambil sesisir untuk dibawa pulang. Sisa pisang dibagi-bagikan adik saya ke tetangga disebelah rumah dan Pak Satpam di kompleksnya. Pisang tersebut masih dalam kondisi mentah dan keras saat saya bawa dan dalam 1 ahad berubah matang secara serentak. Hanya butuh satu hari semenjak mulai matang teksturnya pribadi berubah lembek, kulitnya menghintam dan nyaris busuk. Saya pontang-panting menyelamatkannya dan mempermaknya menjadi bolu menyerupai resep kali ini dan bolu pisang coklat yang resepnya akan saya posting dilain waktu.
Umumnya bolu pisang atau banana bread dibentuk dengan cara yang sangat mudah, semua materi cukup diaduk-aduk saja. Kemampuan mengembang bolu benar-benar hanya bergantung pada baking powder dan baking soda yang digunakan. Metode hanya aduk menyerupai itu kurang bisa menghasilkan bolu pisang yang lembut dan moist, jadi saya biasanya mengocok telur dan gula sampai ribbon stage gres materi lain ditambahkan. Nah untuk resep kali ini saya mencoba cara lain berupa mengocok putih telur sampai soft peak gres kemudian diaduk bersama materi lain yang sudah diaduk menjadi satu. Hasilnya sangat memuaskan, tekstur bolu menjadi super lembut, moist, dan jikalau tidak teringat diet keto yang sedang dijalani mau rasanya seloyang saya habiskan sendiri.
Berikut ini resep dan prosesnya ya.
Okeh kembali ke resep kali ini. Nah saat dua ahad yang lalu, pohon pisang ketiga di rumah Wiwin panen dan menghasilkan 9 sisir pisang. Saya lantas mengambil sesisir untuk dibawa pulang. Sisa pisang dibagi-bagikan adik saya ke tetangga disebelah rumah dan Pak Satpam di kompleksnya. Pisang tersebut masih dalam kondisi mentah dan keras saat saya bawa dan dalam 1 ahad berubah matang secara serentak. Hanya butuh satu hari semenjak mulai matang teksturnya pribadi berubah lembek, kulitnya menghintam dan nyaris busuk. Saya pontang-panting menyelamatkannya dan mempermaknya menjadi bolu menyerupai resep kali ini dan bolu pisang coklat yang resepnya akan saya posting dilain waktu.
Umumnya bolu pisang atau banana bread dibentuk dengan cara yang sangat mudah, semua materi cukup diaduk-aduk saja. Kemampuan mengembang bolu benar-benar hanya bergantung pada baking powder dan baking soda yang digunakan. Metode hanya aduk menyerupai itu kurang bisa menghasilkan bolu pisang yang lembut dan moist, jadi saya biasanya mengocok telur dan gula sampai ribbon stage gres materi lain ditambahkan. Nah untuk resep kali ini saya mencoba cara lain berupa mengocok putih telur sampai soft peak gres kemudian diaduk bersama materi lain yang sudah diaduk menjadi satu. Hasilnya sangat memuaskan, tekstur bolu menjadi super lembut, moist, dan jikalau tidak teringat diet keto yang sedang dijalani mau rasanya seloyang saya habiskan sendiri.
Berikut ini resep dan prosesnya ya.
Best Banana Bread
Resep hasil modifikasi sendiri
Untuk 1 loyang ukuran 12 x 23 x 10
Tertarik resep camilan elok pisang lainnya? Silahkan klik link dibawah ini:
Cake Kukus Pisang Coklat Keju
5 Bahan Saja Untuk Cake Pisang yang Very, Very, Very Delicious!
Cake Coklat Pisang (Chocolate Banana Cake)
Bahan:
Cake Kukus Pisang Coklat Keju
5 Bahan Saja Untuk Cake Pisang yang Very, Very, Very Delicious!
Cake Coklat Pisang (Chocolate Banana Cake)
Bahan:
- 220 gram tepung terigu protein sedang
- 2 sendok makan susu bubuk
- 1 sendok teh baking powder double acting
- 1/2 sendok teh baking soda
- 1/2 sendok teh garam
- 2 butir kuning telur
- 2 buah pisang ambon/hijau/sunpride (230 gram)
- 160 gram gula pasir
- 75 ml mentega/margarin cair
- 2 butir putih telur
- 125 gram coklat compound/dark cooking chocolate, potong dadu
Cara membuat:
Siapkan oven, set suhu 175'C. Siapkan loyang, alasi loyang dengan kertas baking, sisakan kertas menjulur sedikit keluar loyang biar camilan elok gampang ditarik kala telah matang. Sisihkan.
Siapkan mangkuk, masukkan tepung terigu, susu bubuk, baking powder, baking soda dan garam, aduk rata. Sisihkan.
Siapkan mangkuk, masukkan tepung terigu, susu bubuk, baking powder, baking soda dan garam, aduk rata. Sisihkan.
Siapkan mangkuk lainnya, masukkan kuning telur, pisang dan gula kedalam mangkuk, hancurkan dengan garpu sampai pisang lumat. Masukkan mentega/margarin cair, aduk rata. Masukkan tepung terigu dalam 2 tahapan kedalam campuran pisang dengan cara diayak pribadi diatas adonan, aduk balik dengan spatula sampai tercampur rata, sisihkan.
Kocok putih telur sampai soft peak. Masukkan kocokan putih telur ke dalam campuran dalam beberapa tahapan, aduk balik dengan spatula sampai tercampur baik. Jangan over mixing dan jaga semaksimal mungkin putih telur tidak kempes.
Kocok putih telur sampai soft peak. Masukkan kocokan putih telur ke dalam campuran dalam beberapa tahapan, aduk balik dengan spatula sampai tercampur baik. Jangan over mixing dan jaga semaksimal mungkin putih telur tidak kempes.
Masukkan kepingan coklat, aduk rata. Tuangkan campuran ke loyang yang sudah disiapkan. Letakkan kepingan irisan tipis pisang dipermukaannya.
Panggang pada suhu 170'C sampai permukaan camilan elok kecoklatan, dan saat dites dengan lidi tidak ada campuran yang melekat (sekitar 40 menit). Keluarkan dari oven, diamkan 10 menit diloyang. Keluarkan camilan elok dengan cara menarik kertas baking yang menjulur keluar. Lepaskan kertas. Dinginkan camilan elok di rak kawat. Potong saat telah dingin. Super yummy!