Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bisakah Tabir Surya Mencegah Kanker Kulit ?

Ini mungkin sebuah peringatan bagi mereka yang suka berjemur ( atau terjemur ) di bawah terik sinar matahari biar sedikit lebih berhati-hati.

Telah diketahui, disamping memang sangat bermanfaat bagi kesehatan badan ( terutama untuk memicu produksi vitamin D ),
sinar matahari juga berefek negatif bagi kecantikan.
Terutama adanya paparan sinar ultra violet ( UV ) pada sinar matahari sanggup memicu terjadinya proses penuaan dini.

Dan pada tahap yang lebih berat juga sanggup memicu terjadinya kanker kulit atau Melanoma.

Melanoma atau kanker kulit merupakan salah satu kanker kulit yang mematikan. Dan jumlahnya semakin bertambah dari tahun ke tahun.

Sebagai contoh, di Inggris, Melanoma merupakan jenis kanker nomor lima yang paling banyak ditemukan di Inggris. Dengan jumlah penderita yang bertambah 13.000 orang setiap tahunnya.

Selama ini, para perempuan umumnya telah merasa cukup kondusif dari kemungkinan ancaman paparan sinar ultra violet ( UV ) dengan menggunakan tabir surya ( sunscreen protection ), di dikala mereka harus beraktivitas dibawah terik matahari.
Bahkan hingga sengaja berjemur sepanjang hari ( ketika berwisata ). Paling tinggal menyesuaikan nilai SPF-nya saja, pikirnya.
Bisa dilihat cara menghitung kebutuhan besaran SPF dari tabir surya :

Namun ternyata menurut sebuah hasil penelitian terbaru, hanya menggunakan Tabir surya saja ternyata belum cukup untuk melindungi kulit dan mencegah Melanoma.

Ada sebuah Studi yang telah dilakukan di Inggris.
Studi tersebut dilakukan untuk mendukung kampanye kesehatan publik wacana perlunya penggunaan tabir surya (dan) untuk dipadukan dengan cara-cara lainnya untuk melindungi kulit dari paparan sinar matahari, contohnya menyerupai penggunaan topi dan kacamata hitam.

Studi yang lalu diterbitkan di jurnal Nature tersebut mengungkap lebih banyak detail wacana prosedur dan bagaimana sinar matahari sanggup memicu timbulnya kanker di sel-sel kulit.

Paparan sinar Ultra Violet (UV) ialah faktor risiko yang paling umum untuk kanker kulit melanoma.
Meski hingga hingga dikala ini prosedur molekul bagaimana sinar UV menghancurkan DNA di sel kulit tidak diketahui.

Namun dalam studi gres tersebut, para ilmuwan peneliti di Universitas Manchester melihat adanya imbas cahaya UV pada kulit tikus terkait dengan risiko melanoma.

"Sinar UV menyasar gen yang melindungi kita dari imbas merusaknya sendiri, memperlihatkan bagaimana berbahayanya distributor penyebab kanker ini," kata ketua tim peneliti Prof Richard Marais.
"Yang lebih penting lagi, studi ini memperlihatkan bukti bahwa tabir surya tidak memperlihatkan pemberian utuh dari imbas berbahaya cahaya UV. "Studi ini menekankan pentingnya memadukan tabir surya dengan taktik lain untuk melindungi kulit kita, termasuk menggunakan topi dan pakaian longgar, serta berteduh di hari yang panas," tambahnya.