Journey To The Blitar (Pengalaman Pulang Kampung Dan Travel)
HALOOOO SEMUAAA.....
Sudah bulan Agustus, dimana di banyak sekali negara mengambarkan hot summer, tapi jikalau di Indonesia kebanyakan sih hot (at least in my city). Tapi ya gitu jikalau pas hujan dingiinnn banget, sebab ekspresi dominan yang naik turun ini, banyak yang terkena flu dan batuk, saya jadi harus memproteksi badan saya dengan baik >_<.
Kali ini saya akan bercerita pengalaman pulang kampung saya bulan Juli kemarin, memang udah usang ya tapi rasanya saya ingin memasukkannya ke blog, sebab saya cinta pengalaman di Blitar, I love the county too, and I think you guys should know it's beauty.
Saya ke Blitar dengan memakai kereta api, bagi saya ini menyerupai gres pertama kali. Karena meski dulu saya dibilang cukup sering memakai transportasi ini, saya belum pernah menggunakannya kembali semenjak sistem reservasi tiket dirubah jadi lebih modern serta perubahan kemudahan bagi tiap-tiap kelas, tapi yah saya masih harus bolak-balik ke stasiunnya sebab kereta Penataran, yaitu kereta yang membawa saya ke Blitar tidak sanggup dipesan secara online, jadi harus tiba kesana dengan membawa KTP.
Perjalanan dengan kereta ini memakan waktu kurang lebih 5 jam, bukan hanya sebab jauhnya sih, tapi sebab kelas kereta Penataran ini ekonomi, jadi dia harus menyerah jikalau jalurnya digunakan sama kelas bisnis dan eksekutif, murung deh pas berangkatnya bahkan lebih dari 5 jam huhuhu, tapi untungnya disediakan air conditioner sehingga nggak gerah banget.
Saya berangkat jam 12 dan hingga jam 6 sore, sesudah itu saya dijemput ibu saya yang sudah terlebih dulu pulang kampung (saya nyusul besoknya sebab belom libur kerja) di stasiun Blitar kota, dan saya menginap di hotel Patria, yaitu hotel bintang dua yang lokasinya erat dengan stasiun, FYI, di Blitar ini jarang ada hotel, apalagi yang strategis, sebab itu harga kamarnya agak tinggi.
Disamping tujuan mudik, saya juga berhasil mengunjungi tempat-tempat wisata dan masakan di sekitar Blitar, berikut ini yaitu tempat yang saya kunjungi :
1. De Classe Gellato and Coffee
Malamnya sesudah tiba di Blitar saya, keluarga, dan pacar saya pergi ke sebuah cafe yang ada di sentra kota Blitar, yaitu De Classe Gellato & Coffee, ini yaitu salah satu cafe paling hits disini, tempatnya terbagi menjadi dua, yaitu sebagai coffee shop di depan, dan di belakang sebagai Gellato Coffeenya, Gellato disini yaitu es krim dari Italia yang membedakan Gellato dengan Ice cream yaitu kandungan Gellato lebih padat dan berat daripada Es krim. Saya dan rombongan menentukan tempat di luar ruangan buat nongkrong, semacam taman gitu, suasananya nyaman dan anggun buat foto-foto. Meskipun pada ketika itu senin malam, tempatnya ramaiii sekali.
Tapi sayangnya, pelayanannya tidak memuaskan, untuk membeli Gellatonya kita harus antri sendiri, menentukan variannya secara eksklusif dan juga disediakan tester, membayarnya saat itu juga, terus menunggu sebentar, dan bawa es krimnya. Mungkin sebab rame jadinya banyak rasa yang sudah habis, serta untuk masakan dan minuman selain Gellato kita akan dilayani pegawainya, sayang pegawainya lupa pesanan saya ketika itu dan tidak diantar-antar, risikonya sebab lelah menunggu, sesudah gellatonya habis eksklusif ditinggal cabut aja.
Untuk rasa, unik-unik! Banyak rasa gres yang tidak saya ketahui, makanya sanggup meminta tester, saya haru ngewarning sih, gak semua rasa uniknya lezat :(.
Saya sendiri menentukan kondusif dengan membeli yang rasa cokelat blackforest, rasanya enakkk banget! Untuk harga bervariasi tapi yah sekitar 10.000-20.000 untuk menunya.
Rate : 2/5
Bintangnya buruk sebab pelayanannya kurang
2. Kampung Cokelat Blitar
Keesokan harinya, saya beserta rombongan besar keluarga saya yang dari Ngawi (mereka juga tiba ke Blitar) pergi ke Kampung Cokelat. Kampung Cokelat ini letaknya di Jalan Banteng Blorok No.18, Kademangan, Blitar. Perjalanan dari Kota Blitarnya sendiri tidak mengecewakan ya sekitar 20-30 menit memakai mobil.
Saat hingga disana saya lihat banyak rombongan dari banyak sekali kota tiba untuk menikmati wisata ini, bahkan banyak rumah-rumah warga yang mempunyai halaman luas membuka perjuangan parkir disekitar tempat ini.
Di Kampung Cokelat ini, sesuai dengan namanya mengulas semuanya perihal cokelat, biaya masuknya dipatok seharga 5000 rupiah, ketika pertama masuk kita akan disambut dengan gambar atau foto serta dibawahnya ada catatan sejarah semenjak kapan cokelat ada, dan bagaimana perkembangannya dari dunia hingga ke Indonesia. Lorong ini tidak mengecewakan panjang dan gelap, tapi ada lampu highlight yang disediakan supaya pengunjung sanggup membaca dan berfoto di depan klarifikasi tersebut.
Setelah melewati lorong sejarah, saya dan rombongan disuguhi real life pohon cokelat berjejer dengan rapi, jumlahnya tidak mengecewakan banyak tapi tidak ada cokelat satupun yang sanggup dipetik ya, hehe.
Kami pun terus berjalan dan melihat 'commercial area', kenapa saya sebut begitu? Karena disini yaitu food court, dimana kita sanggup pesan segala masakan yang terbuat dari materi cokelat, ada gula-gula, permen, mie cokelat, popcorn cokelat, dll. Harganya terjangkau dan dibayar eksklusif distandnya. Disebelah situ ada tempat terapi ikan untuk kaki dan tangan. jadi yang mau digigiti sama ikan semoga kulit matinya terkelupas sanggup kesitu. Harganya 8000, nanti kita akan disediakan alas duduk supaya lebih nyaman dan gak kotor ketika duduk di pinggir kolam.
Kalau udah puass menikati wisata nya, ada tempat souvenir dan buah tangan di erat pintu keluarnya, sama menyerupai di lorong depan tadi, suasana tokonya remang-remang dan temanya cokelat bangett. Mulai dari gantungan kunci, hand mirror, hingga buah tangan menyerupai cokelat siap makan, cokelat bubuk, brownies kering, cokelat batangan, smuanya adaaa!
Ini yaitu hasil borongan saya, yang bahwasanya gak beliin siapa-siapa sih, nanti juga dihabisin sendiri :p.
Saya membeli brownies kering cokelat, popcorn cokelat, cokelat batang banyak sekali varian, cokelat rasa jeruk, stiker, hand mirror serta gantungan kunci. Harganya juga murah totalnya dibawah 200 ribu.
Rate 5/5
This is Chocolate paradise!!
3. Pantai Tambakrejo
Setelah dari Kampung Cokelat kami menuju ke Pantai Tambakrejo, letaknya jauhh sebab Blitar kota jauh dari laut. Butuh sekitar sejam dengan kendaraan beroda empat gres kami tiba disana. Letaknya di desa Tambakrejo, pantai ini sudah populer di Blitar sehingga banyak penyewaan toilet, dan orang berjualan buah tangan maupun pakaian renang.
Pemandangan pantai ini sangat indah, dan tidak banyak sampah menyerupai di Bali. Sayangnya ombak pantai ini terbilang besar, dan berbahaya sehingga tidak diperkenankan berenang atau berselancar, apalagi kami datangnya sore hari pas waktu pasang, sehingga saya berkali-kali hampir tersapu ombak (dan hasilnya pakaian berair semua).
Disini saya dan rombongan membeli ikan bakar beberapa ekor, harganya terjangkau dan fresh dari laut, kita memakan ikan bakar di erat pantai sambil meikmati pemandangan
Sayangnya buat yang pecinta sunset disini gak bakal kelihatan sunsetnya, jadi tiba-tiba tambah gelap aja .
Rate : 4/5
4. Candi Penataran
Keesokan harinya kami pergi ke Candi Penataran, candi ini sangat populer di Blitar. Terletak di tempat Penataran, Nglegok, Blitar, dari hotel perjalanan dengan motor memakan waktu sekitar 15-20 menit. Kompleks wisata Candi Penataran ini terbilang luas, jadi sekitar 2 km dari candi sudah ada gapura wilayah wisata candi.
Meskipun tak sebesar Borobudur, candi ini juga mempunyai warisan budaya yang tak kalah banyak, serta ada tempat pemandian jaman dahulu yang kini ditinggali oleh banyak sekali macam ikan, konon jikalau kita membasuh muka disana kita akan abadi muda, serta apabila melempar koin akan menerima rejeki.
Saya sendiri juga melempar koin dan membasuh muka disana sih, ingin tau hahaha.
5. Makam Bung Karno
Tempat terakhir sebelum risikonya kami harus mengejar aktivitas kereta, yaitu Makam Bung Karno. Makam ini terletak sempurna di tengah Blitar Kota, dan berbeda dengan makam Bung Karno yang saya kenal dulu, kini tempatnya sudah diperluas dan diperbarui. Sekarang bukan hanya makam dan orang berjualan souvenir saja, tapi di kompleks makam bung Karno ini terdapat arsip perpustakaan, gallery, dan musium Bung Karno.
Saya sendiri hanya masuk ke gallery dan musium nya, sebab malas menitipkan tas supaya boleh masuk ke area perpustakaan >_<. Disana kita sanggup melihat barang peninggalan Bung Karno, lukisan, foto ia beserta keterangannya, serta barang yang pernah ia gunakan, pokoknya semua yang bekerjasama dengan Presiden pertama Indonesia.
Foto diatas yaitu saya dan hubby saya berpose di depan lukisan Bung Karno yang paling sensasional sebab konon sorot mata Bung Karno di lukisan tersebut sanggup mengikuti kita.
Di komplek ini juga ada gong perdamaian, dimana tanda persatuan seluruh bangsa-bangsa. Kami sempat berfoto di depan.
Untuk makamnya sendiri, kini makam Bung Karno tidak ditutupi beling menyerupai dulu, tapi konon jenasah ia sudah dipindah ke tempat lain sehingga kini publik sanggup secara eksklusif melihat makam ia serta duduk sempurna disebelahnya. Meski begitu masih ada orang yang terlihat berziarah kesana, sayang ketika akan masuk kita akan dikenakan biaya, saya lupa biayanya berapa, tapi yang terang tidak mahal.
Saat akan keluar, kami dipusingkan dengan 'labirin' pasar souvenir, pintu keluar yang kini memang sengaja diarahkan ke area souvenir, tapi ya gitu, harus berputar-putar gres risikonya keluar, pada ketika itu juga cuacanya terik menciptakan kami kegerahan dan gak melirik souvenir sama sekali. Tapi saya lihat sih kebanyakan jual baju bergambar Sukarno serta kerajinan tangan menyerupai dari kerang atau kayu.
Suasana Kota
Kota Blitar bukanlah sebuah kota yang besar maupun padat, kebalikannya, masih banyak rumah yang sudah dari jaman dahulu berjejer di pinggir jalan raya, jarang sekali ada sampah di jalan serta kemudian lintasnya tidak begitu padat. Kalau ingin menikmati kemudahan di kotanya kita tidak perlu pusing menentukan jalan sebab jalannya tidak berbelit belit, saya dan pacar saya telah mencoba berjalan-jalan pagi dari hotel hingga alun-alun, saya yang simpel cape saja takjub sebab ternyata begitu dekat!
Tidak ada department store besar menyerupai Mat*hari, kebanyakan perjuangan yaitu ruko, atau department store kecil. Saya bahkan kesusahan mencari Indom*rt atau Alf* sebab pembangunan perjuangan francise menyerupai itu diatur ketat oleh pemerintah. Penataan kotanya berjalan, sehingga kita sanggup melihat bangunan dirobohkan dan diberi keterangan bahwa harus dipindah supaya penataan kotanya tidak semrawut, saya rasa hal ini mustahil dilakukan di tempat saya, padahal tempat saya juga bukan kota metropolitan menyerupai Surabaya, tapi udah sesak dan banyak polusi.
Sedangkan di Blitar ini masih teratur dan tidak sumpek, saya melihat tingkat kriminalitasnya juga rendah, saya berjalan pagi sekitar setengah 4 pagi tidak melihat anak muda nongkrong di warkop atau anak motor trek-trekan (balap motor) menyerupai di tempat saya, mungkin sebab pergaulannya masih belum terlalu kekotaan, dan yang saya senangi yaitu banyak pohon beringin di Blitar, jadi rasanya adem gitu.
Afterthought
Blitar yaitu kota kecil yang hijau dan indah, masyarakatnya juga baik dan suasananya tidak padat, cuma ya itu, untuk memenuhi kebutuhan awal-awal kita harus tau mau beli perlengkapan dapur di ruko mana mau beli baju dimana sebab tidak ada mall atau hypermarket menyerupai di kota besar.
Saya risikonya pulang sesudah puas menikmati wisata disini, dan pulang pada siang hari dengan kereta api, kereta kali ini juga sama molor dari waktu yang ditentukan, tapi gak apalah yang penting saya berangkat dan pulangnya selalu kebagian tempat duduk ^^.
Saya bahagia sekali sanggup kesini once in awhile, sekian pengalaman saya kali ini, thanks for sticking up with me, leave comment,like, or share so I'll know what you think. See you ^^
Sudah bulan Agustus, dimana di banyak sekali negara mengambarkan hot summer, tapi jikalau di Indonesia kebanyakan sih hot (at least in my city). Tapi ya gitu jikalau pas hujan dingiinnn banget, sebab ekspresi dominan yang naik turun ini, banyak yang terkena flu dan batuk, saya jadi harus memproteksi badan saya dengan baik >_<.
Kali ini saya akan bercerita pengalaman pulang kampung saya bulan Juli kemarin, memang udah usang ya tapi rasanya saya ingin memasukkannya ke blog, sebab saya cinta pengalaman di Blitar, I love the county too, and I think you guys should know it's beauty.
Saya ke Blitar dengan memakai kereta api, bagi saya ini menyerupai gres pertama kali. Karena meski dulu saya dibilang cukup sering memakai transportasi ini, saya belum pernah menggunakannya kembali semenjak sistem reservasi tiket dirubah jadi lebih modern serta perubahan kemudahan bagi tiap-tiap kelas, tapi yah saya masih harus bolak-balik ke stasiunnya sebab kereta Penataran, yaitu kereta yang membawa saya ke Blitar tidak sanggup dipesan secara online, jadi harus tiba kesana dengan membawa KTP.
Perjalanan dengan kereta ini memakan waktu kurang lebih 5 jam, bukan hanya sebab jauhnya sih, tapi sebab kelas kereta Penataran ini ekonomi, jadi dia harus menyerah jikalau jalurnya digunakan sama kelas bisnis dan eksekutif, murung deh pas berangkatnya bahkan lebih dari 5 jam huhuhu, tapi untungnya disediakan air conditioner sehingga nggak gerah banget.
Saya berangkat jam 12 dan hingga jam 6 sore, sesudah itu saya dijemput ibu saya yang sudah terlebih dulu pulang kampung (saya nyusul besoknya sebab belom libur kerja) di stasiun Blitar kota, dan saya menginap di hotel Patria, yaitu hotel bintang dua yang lokasinya erat dengan stasiun, FYI, di Blitar ini jarang ada hotel, apalagi yang strategis, sebab itu harga kamarnya agak tinggi.
Disamping tujuan mudik, saya juga berhasil mengunjungi tempat-tempat wisata dan masakan di sekitar Blitar, berikut ini yaitu tempat yang saya kunjungi :
1. De Classe Gellato and Coffee
Malamnya sesudah tiba di Blitar saya, keluarga, dan pacar saya pergi ke sebuah cafe yang ada di sentra kota Blitar, yaitu De Classe Gellato & Coffee, ini yaitu salah satu cafe paling hits disini, tempatnya terbagi menjadi dua, yaitu sebagai coffee shop di depan, dan di belakang sebagai Gellato Coffeenya, Gellato disini yaitu es krim dari Italia yang membedakan Gellato dengan Ice cream yaitu kandungan Gellato lebih padat dan berat daripada Es krim. Saya dan rombongan menentukan tempat di luar ruangan buat nongkrong, semacam taman gitu, suasananya nyaman dan anggun buat foto-foto. Meskipun pada ketika itu senin malam, tempatnya ramaiii sekali.
Tapi sayangnya, pelayanannya tidak memuaskan, untuk membeli Gellatonya kita harus antri sendiri, menentukan variannya secara eksklusif dan juga disediakan tester, membayarnya saat itu juga, terus menunggu sebentar, dan bawa es krimnya. Mungkin sebab rame jadinya banyak rasa yang sudah habis, serta untuk masakan dan minuman selain Gellato kita akan dilayani pegawainya, sayang pegawainya lupa pesanan saya ketika itu dan tidak diantar-antar, risikonya sebab lelah menunggu, sesudah gellatonya habis eksklusif ditinggal cabut aja.
Untuk rasa, unik-unik! Banyak rasa gres yang tidak saya ketahui, makanya sanggup meminta tester, saya haru ngewarning sih, gak semua rasa uniknya lezat :(.
Saya sendiri menentukan kondusif dengan membeli yang rasa cokelat blackforest, rasanya enakkk banget! Untuk harga bervariasi tapi yah sekitar 10.000-20.000 untuk menunya.
![]() |
me, my family, and my hubby |
![]() |
Didepan cafe |
Rate : 2/5
Bintangnya buruk sebab pelayanannya kurang
2. Kampung Cokelat Blitar
Keesokan harinya, saya beserta rombongan besar keluarga saya yang dari Ngawi (mereka juga tiba ke Blitar) pergi ke Kampung Cokelat. Kampung Cokelat ini letaknya di Jalan Banteng Blorok No.18, Kademangan, Blitar. Perjalanan dari Kota Blitarnya sendiri tidak mengecewakan ya sekitar 20-30 menit memakai mobil.
Saat hingga disana saya lihat banyak rombongan dari banyak sekali kota tiba untuk menikmati wisata ini, bahkan banyak rumah-rumah warga yang mempunyai halaman luas membuka perjuangan parkir disekitar tempat ini.
Di Kampung Cokelat ini, sesuai dengan namanya mengulas semuanya perihal cokelat, biaya masuknya dipatok seharga 5000 rupiah, ketika pertama masuk kita akan disambut dengan gambar atau foto serta dibawahnya ada catatan sejarah semenjak kapan cokelat ada, dan bagaimana perkembangannya dari dunia hingga ke Indonesia. Lorong ini tidak mengecewakan panjang dan gelap, tapi ada lampu highlight yang disediakan supaya pengunjung sanggup membaca dan berfoto di depan klarifikasi tersebut.
Setelah melewati lorong sejarah, saya dan rombongan disuguhi real life pohon cokelat berjejer dengan rapi, jumlahnya tidak mengecewakan banyak tapi tidak ada cokelat satupun yang sanggup dipetik ya, hehe.
Kami pun terus berjalan dan melihat 'commercial area', kenapa saya sebut begitu? Karena disini yaitu food court, dimana kita sanggup pesan segala masakan yang terbuat dari materi cokelat, ada gula-gula, permen, mie cokelat, popcorn cokelat, dll. Harganya terjangkau dan dibayar eksklusif distandnya. Disebelah situ ada tempat terapi ikan untuk kaki dan tangan. jadi yang mau digigiti sama ikan semoga kulit matinya terkelupas sanggup kesitu. Harganya 8000, nanti kita akan disediakan alas duduk supaya lebih nyaman dan gak kotor ketika duduk di pinggir kolam.
![]() |
just chilling with hot chocolate |
Ini yaitu hasil borongan saya, yang bahwasanya gak beliin siapa-siapa sih, nanti juga dihabisin sendiri :p.
![]() |
Give me moar! |
Rate 5/5
This is Chocolate paradise!!
3. Pantai Tambakrejo
Setelah dari Kampung Cokelat kami menuju ke Pantai Tambakrejo, letaknya jauhh sebab Blitar kota jauh dari laut. Butuh sekitar sejam dengan kendaraan beroda empat gres kami tiba disana. Letaknya di desa Tambakrejo, pantai ini sudah populer di Blitar sehingga banyak penyewaan toilet, dan orang berjualan buah tangan maupun pakaian renang.
![]() |
Keindahan pantai Tambakrejo |
Disini saya dan rombongan membeli ikan bakar beberapa ekor, harganya terjangkau dan fresh dari laut, kita memakan ikan bakar di erat pantai sambil meikmati pemandangan
Sayangnya buat yang pecinta sunset disini gak bakal kelihatan sunsetnya, jadi tiba-tiba tambah gelap aja .
Rate : 4/5
4. Candi Penataran
Keesokan harinya kami pergi ke Candi Penataran, candi ini sangat populer di Blitar. Terletak di tempat Penataran, Nglegok, Blitar, dari hotel perjalanan dengan motor memakan waktu sekitar 15-20 menit. Kompleks wisata Candi Penataran ini terbilang luas, jadi sekitar 2 km dari candi sudah ada gapura wilayah wisata candi.
Meskipun tak sebesar Borobudur, candi ini juga mempunyai warisan budaya yang tak kalah banyak, serta ada tempat pemandian jaman dahulu yang kini ditinggali oleh banyak sekali macam ikan, konon jikalau kita membasuh muka disana kita akan abadi muda, serta apabila melempar koin akan menerima rejeki.
Saya sendiri juga melempar koin dan membasuh muka disana sih, ingin tau hahaha.
![]() |
kolam legendaris |
Tempat terakhir sebelum risikonya kami harus mengejar aktivitas kereta, yaitu Makam Bung Karno. Makam ini terletak sempurna di tengah Blitar Kota, dan berbeda dengan makam Bung Karno yang saya kenal dulu, kini tempatnya sudah diperluas dan diperbarui. Sekarang bukan hanya makam dan orang berjualan souvenir saja, tapi di kompleks makam bung Karno ini terdapat arsip perpustakaan, gallery, dan musium Bung Karno.
Saya sendiri hanya masuk ke gallery dan musium nya, sebab malas menitipkan tas supaya boleh masuk ke area perpustakaan >_<. Disana kita sanggup melihat barang peninggalan Bung Karno, lukisan, foto ia beserta keterangannya, serta barang yang pernah ia gunakan, pokoknya semua yang bekerjasama dengan Presiden pertama Indonesia.
Foto diatas yaitu saya dan hubby saya berpose di depan lukisan Bung Karno yang paling sensasional sebab konon sorot mata Bung Karno di lukisan tersebut sanggup mengikuti kita.
Di komplek ini juga ada gong perdamaian, dimana tanda persatuan seluruh bangsa-bangsa. Kami sempat berfoto di depan.
![]() |
gong perdamaian |
Untuk makamnya sendiri, kini makam Bung Karno tidak ditutupi beling menyerupai dulu, tapi konon jenasah ia sudah dipindah ke tempat lain sehingga kini publik sanggup secara eksklusif melihat makam ia serta duduk sempurna disebelahnya. Meski begitu masih ada orang yang terlihat berziarah kesana, sayang ketika akan masuk kita akan dikenakan biaya, saya lupa biayanya berapa, tapi yang terang tidak mahal.
Suasana Kota
Kota Blitar bukanlah sebuah kota yang besar maupun padat, kebalikannya, masih banyak rumah yang sudah dari jaman dahulu berjejer di pinggir jalan raya, jarang sekali ada sampah di jalan serta kemudian lintasnya tidak begitu padat. Kalau ingin menikmati kemudahan di kotanya kita tidak perlu pusing menentukan jalan sebab jalannya tidak berbelit belit, saya dan pacar saya telah mencoba berjalan-jalan pagi dari hotel hingga alun-alun, saya yang simpel cape saja takjub sebab ternyata begitu dekat!
Tidak ada department store besar menyerupai Mat*hari, kebanyakan perjuangan yaitu ruko, atau department store kecil. Saya bahkan kesusahan mencari Indom*rt atau Alf* sebab pembangunan perjuangan francise menyerupai itu diatur ketat oleh pemerintah. Penataan kotanya berjalan, sehingga kita sanggup melihat bangunan dirobohkan dan diberi keterangan bahwa harus dipindah supaya penataan kotanya tidak semrawut, saya rasa hal ini mustahil dilakukan di tempat saya, padahal tempat saya juga bukan kota metropolitan menyerupai Surabaya, tapi udah sesak dan banyak polusi.
![]() |
alun-alun sekitar jam setengah 6 pagi |
Sedangkan di Blitar ini masih teratur dan tidak sumpek, saya melihat tingkat kriminalitasnya juga rendah, saya berjalan pagi sekitar setengah 4 pagi tidak melihat anak muda nongkrong di warkop atau anak motor trek-trekan (balap motor) menyerupai di tempat saya, mungkin sebab pergaulannya masih belum terlalu kekotaan, dan yang saya senangi yaitu banyak pohon beringin di Blitar, jadi rasanya adem gitu.
Afterthought
Blitar yaitu kota kecil yang hijau dan indah, masyarakatnya juga baik dan suasananya tidak padat, cuma ya itu, untuk memenuhi kebutuhan awal-awal kita harus tau mau beli perlengkapan dapur di ruko mana mau beli baju dimana sebab tidak ada mall atau hypermarket menyerupai di kota besar.
Saya risikonya pulang sesudah puas menikmati wisata disini, dan pulang pada siang hari dengan kereta api, kereta kali ini juga sama molor dari waktu yang ditentukan, tapi gak apalah yang penting saya berangkat dan pulangnya selalu kebagian tempat duduk ^^.
Saya bahagia sekali sanggup kesini once in awhile, sekian pengalaman saya kali ini, thanks for sticking up with me, leave comment,like, or share so I'll know what you think. See you ^^