Pengantar Budi : Kerancuan Berpikir Dan Jenisnya
Pengantar Logika : Kerancuan Berpikir dan Jenisnya
Definisi Kerancuan Berpikir
Ketidakdisiplinan insan dalam menyusun argumentasi yang menyebabkan adanya unsur ke-tidak logisan , salah arah, dan menyesatkan.
Jenis Kerancuan Berpikir
1. Kerancuan Formal
Pelanggaran terhadap aturan-aturan dalam berargumen/ dalam penarikan kesimpulan.
2. Kerancuan Informal
Pelanggaran BUKAN pada hukum formal, tetapi kesimpulan tidak didukung oleh premis-premis relevan.
- Kerancuan relevansi: penggunaan hal tidak relevan yang dihubung-hubungkan.
- Kerancuan ambiguitas: penggunaan makna ambigu/ ganda.
Kerancuan Berpikir Informal terbagi lagi menjadi dua hal
- Kerancuan Relevansi (fallacy of relevance)
- Kerancuan Ambiguitas (fallacy of ambiguity)
Kerancuan Relevansi mempunyai jenis
1.Irrelevant conclusion/ ignoratio elenchi yaitu konklusi tidak relevan.
2.Argumentum ad baculum/ appeal to force yaitu merujuk kekuatan.
3.Argumentum ad hominem/ abusive yaitu merujuk kelemahan pihak lain.
4.Argumentum ad hominem/ circumstantial yaitu merujuk kelemahan (situasi) pihak lain.
5.Argumentum ad ignorantiam yaitu benar/ salah lantaran belum dibuktikan.
6.Argumentum ad misericordiam/ appeal to pity yaitu mencampur dengan perasaan biar menjadi iba.
7.Argumentum ad populum yaitu menggugah perasaan pada massa.
8.Argumentum ad verecundiam yaitu kewibawaan orang terkenal.
9.False cause yaitu kekerabatan kausalitas palsu.
10.Complex questions yaitu pertanyaan beragam untuk mengaburkan.
11.Begging the question yaitu argumen dengan fakta tersembunyi.
Kerancuan Ambiguitas mempunyai jenis
1.Ekuivokasi yaitu tulisan, pengucapan sama, tetapi arti berbeda.
2.Amphiboly yaitu kekeliruan gramatikal.
3.Aksentuasi yaitu aksen atau penitikberatan tertentu.
4.Komposisi yaitu sebagian untuk keseluruhan.
5.Divisi yaitu keseluruhan untuk sebagian.
Penjelasan Kerancuan Relevansi
1. Ignoratio Elenchi
Seakan-akan mengambarkan sesuatu perkara, tetapi bahwasanya mengambarkan masalah lain yang tidak berhubungan.
Contoh :
Membuat konklusi melalui argumen lain yang tidak bekerjasama (tesis tidak relevan) untuk mengalihkan perhatian sewaktu diserang/ menyerang.
Adalah tidak efektif jikalau ketika kuliah mahasiswa letih dan lesu. Keletihan menciptakan orang sulit berkonsentrasi dan berpikir logis. Maka, sebaiknya kita pulang saja dan beristirahat yang cukup. Itu jauh lebih bermanfaat bagi kesehatan otak kita. Padahal, dosen ingin mengakhiri kuliah lantaran ada kepentingan lain.
2. Argumentum ad baculum
Menggunakan teror/ ancaman/ kekuatan untuk memaksakan kehendak.
Contoh :
Seorang anak memaksa orang tuanya untuk mengirim uang tambahan. Jika tidak, ia tidak akan lulus satu mata kuliah yang diujikan.
Sebaiknya Bapak mendapatkan anak saya di perusahaan ini, jikalau tidak saya akan berpikir ulang untuk melanjutkan kerjasama bisnis kami yang lebih besar dengan Bapak.
3. Argumentum ad hominem (abusive)
Menyerang seseorang dengan menunjukkan kelemahannya (ejekan/ cercaan).
- Ketika tidak bisa menyerang argumennya, serang saja kelemahan orangnya.
- Kelemahan orangnya tidak berkaitan dengan masalah yang ingin dibuktikan.
Contoh :
“Seorang ketua RT harus bisa menyatukan aneka macam kepentingan yang berbeda (suku, agama, golongan) sehingga rukun dan damai. Akan tetapi, mohon maaf Anda belum layak menjadi ketua RT lantaran Anda sendiri bercerai dengan istri Anda.”
“Bapak bahwasanya tidak pantas menjadi dosen. Tulisan Bapak buruk sekali.”
4. Argumentum ad hominem (circumstantial)
Yang dituju ialah keadaan/ situasi khas orang yang diajak bicara, bukan orangnya.
Berguna untuk menegur/ menyindir secara halus, menyesatkan orang untuk kepentingan pribadi.
Contoh :
“Seorang yang sampaumur dan berdikari tentu tahu bahwa membolos kuliah itu perbuatan tidak pantas dilakukan mahasiswa.”
“Pria yang sejati selalu peka memahami kebutuhan orang yang dicintainya”
5. Argumentum ad ignorantiam
Membuktikan sesuatu sebagai benar sepanjang belum sanggup dibuktikan kebalikannya.
Contoh :
“Saya menganggap kau menyukai saya, alasannya ialah selama ini kau tidak pernah sekalipun membenci saya.”
Selama kau tidak menyampaikan “tidak”, saya beropini kau menyampaikan “ya”.
Ungkapan seorang psikolog pada para calon karyawan: “Menurut kami, Anda semua ialah orang waras, alasannya ialah tidak ada satu pun bukti-bukti tes yang menunjukkan bahwa Anda sakit jiwa.”
6. Argumentum ad misericordiam
Menggunakan rasa iba/ kasihan untuk membenarkan suatu perkara.
Contoh :
Saya mohon keikhlasan dan kebesaran hati Bapak biar meluluskan saya kuliah logika semester ini, dikarenakan telah 5x saya mengulang di matakuliah ini dan saya terancam drop-out.
7. Argumentum ad populum
Menggunakan ungkapan yang memotivasi/ memprovokasi massa (melalui sikap/ prasangka populer, histeria/ emosi yang menggugah massa) tidak berkaitan.
Contoh :
Iklan, motivator
8. Argumentum ad verecundiam
Menggunakan kewibawaan orang terkenal yang tidak bekerjasama dengan masalah dibuktikan.
Contoh :
Saya ingin membeli shampo itu lantaran Agnes Monica memakainya.
9a Non causa pro causa
Yang bukan alasannya ialah dianggap sebagai sebab, tanpa memperhatikan kronologis kejadiannya (urutan waktunya).
Contoh :
Saya menerima undian berhadiah. Kebetulan saya juga mahasiswa Unpar. Pasti Unparlah penyebab saya menerima hadiah ini.
Gempa bumi ini memakan banyak korban. Pasti penyebabnya orang-orang di situ kurang beriman kepada Tuhan.
9b Post hoc ergo propter hoc
Dalam dua kejadian berurutan, kejadian kedua niscaya disebabkan kejadian pertama (yang sebelumnya terjadi)m. Ditandai dengan adanya kronologis kejadian.
Contoh :
Persis sebelum dibagi soal ujian kepala saya tertimpa cecak. Saya tidak bisa mengerjakan soal ujian. Maka, niscaya cecaklah penyebab kegagalan saya di ujian.
10. Complex Question
Pertanyaan yang menyebabkan kebingungan.
Contoh :
“Sudah bangun, Mas?”, kata seorang dosen kepada mahasiswanya yang tidur sewaktu kuliah berlangung.
11. Petitio Principii
Apa yang semestinya menjadi kesimpulan digunakan untuk mengambarkan suatu kesimpulan.
- Penalaran melingkar, tidak menjelaskan apa pun.
- Ada asumsi-asumsi tersembunyi.
Contoh :
Pemerintah seharusnya mencegah upaya-upaya tindak kejahatan, alasannya ialah pemerintah berkewajiban menjamin keamanan warganya dari para penjahat.
Penjelasan Kerancuan Ambiguitas
1. Ekuivokasi
Menggunakan kata-kata yang ekuivokal (tulisan, pengucapan sama, tetapi arti berbeda).
Contoh :
Malang ialah kota yang indah. Orang miskin itu bernasib malang. Jadi, orang miskin itu bernasib indah.
Happiness is the end of life.
The end of life is death.
So, happiness is death.
2. Amphiboly
Kerancuan ambiguitas lantaran ada kekeliruan gramatikal.
Contoh :
Dibeli dingklik untuk bayi dengan kaki patah.
- Yang kakinya patah kursinya atau bayinya?
Dijual kendaraan beroda empat bekas nenek-nenek dengan bodi yahud dan mulus.
- Yang yahud dan mulus itu nenek-nenek atau mobil?
Udin makan ayam mati.
- Yang mati Udin atau ayam?
Mahasiswa Pak Unyil yang malas itu jarang tiba ke kampus.
- Yang malas mahasiswa atau Pak Unyil?
Ucrit mempunyai anjing dan kucing yang bahagia tidur.
- Yang bahagia tidur anjing, kucing, atau keduanya?
3. Aksentuasi
Kerancuan ambiguitas lantaran aksen/ penitikberatan tertentu.
Contoh :
Ketiklah namamu di kertas ini!
- Yang ditekankan yang mana?
- Mengetik (bukan menulis)
- Nama-mu (bukan nama orang lain)
- Di kertas ini (bukan di media lain, dll.)
Jangan menulis dengan ballpoin di tembok!
- Yang ditekankan yang mana?
- Tidak boleh menulis (tetapi menggambar)
- Tidak boleh menggunakan ballpoin (tetapi pensil)
- Tidak boleh di tembok (tetapi di pintu, dll.)
Jangan mengendarai kendaraan beroda empat dengan kecepatan tinggi di sini
- Apakah berarti motor boleh?
4. Komposisi
Jenis 1:
Apa yang berlaku pada anggota-anggota/ bagian-bagian suatu kelas berlaku juga bagi kelas itu secara keseluruhanm.
Contoh :
PSM Unpar selalu juara menyanyi, maka mahasiswa Unpar niscaya terpelajar menyanyi.
Jenis II:
Apa yang berlaku bagi anggota suatu kelas secara individual berlaku juga bagi kelas itu secara keseluruhan
Contoh :
Elias Pical ialah petinju Indonesia berbakat. Maka, orang Indonesia tentunya ialah petinju berbakat.
5. Divisi
Apa yang berlaku bagi suatu kelas secara keseluruhan juga berlaku bagi bagian-bagiannya.
Contoh :
Rumah itu besar, tentu kamar mandinya juga besar.
Orang Bandung cantik-cantik. Maka, si Euis yang asalnya dari Bandung itu niscaya cantik.