Jangan Menahan Kentut Sembarangan, Sebab Kentut Ialah Anugerah Yang Luar Biasa
Ini memang agak kurang yummy untuk membahasnya, tetapi memang " terpaksa harus juga ", demi kesehatan kita.
Umumnya selama ini, anda niscaya hanya mengenal “larangan” yang satu ini :
JANGAN KENTUT SEMBARANGAN.
Maklum saja, selain tidak sopan, kentut sembarangan – terlebih jikalau sedang busuk perutnya – amboii, luar biasa baunya.
Apalagi jikalau yang “meledakkannya” seorang wanita. Pasti ger-geran dan ramai pendengarnya, merah padam pelakunya. Dan eloknya, semakin di tahan semakin nyaring bunyinya.
Tetapi kali ini, “larangan” ini akan lain dari yang biasanya.
JANGAN MENAHAN KENTUT SEMBARANGAN.
Lho..?!? Kok anehnya ?
Iya, meski terkadang terdengar tidak sopan ( jikalau kentut tidak pada tempatnya ), kentut bekerjsama sebuah anugerah yang luar biasa.
Tidak percaya ? Coba saja, ini bukti nyatanya.
Ketika anda kebetulan sedang habis melaksanakan operasi pembedahan besar misalnya, apa yang akan pertama kali ditanyakan dokter kepada anda ?
Bukan pertanyaan lainnya, tetapi pertanyaan satu ini yang niscaya akan ditanyakannya : “Sudah dapat kentut atau belum ?”
Dan dikala anda menjawab sudah dapat kentut, sang dokter gres berani melaksanakan tindakan ( medis ) selanjutnya.
Tetapi jikalau anda menjawab, belum. Bahkan sang dokter-pun harus akan rela dan “dengan sabar” menunggu, hingga keluar kentutnya.
Masih perlu bukti lainnya ?
Coba lagi, kalau pas kebetulan gres masuk angin. Mau “ngapa-ngapain” tidak enak, neg, dan “sebah” rasanya. Sampai anda “bela-belain” kerokan atau minum sprite misalnya. Belum juga dapat yummy badannya. Tetapi bila anda tersu dapat kentut ( apalagi kalau berkali-kali )….plong rasanya. Badan jadi enteng dan ringan dibuatnya.
Baru percaya ?!?
Tetapi itu belum seberapa, sebab kentut ternyata masih memiliki “keluar biasaan” lainnya.
Maka, mari ikuti terus uraiannya :
Kata para dokter ahli, kentut intinya yaitu sekumpulan gas dari hasil metabolisme dalam tubuh, di usus khususnya, yang secara alamiah akan didorong ke bawah oleh tubuh. Karena ini merupakan sebuah metabolisme dan proses alamiah, maka dikala ditahan-tahan, maka secara otomatis kumpulan gas tersebut akan terakumulasi dan menimbulkan rasa tidak nyaman bagi tubuh yang menahannya.
Efek selanjutnya ? Rasa tidak nyaman akhir menahan kentut ini dapat berupa perut kembung, begah dan terkadang hingga timbul pegal-pegal dan kalau sudah terlalu berlanjut dapat menjadi masuk angin. Parahnya, dikala perut penuh oleh gas yang tertahan, rasa begah itu kadang kala juga menghipnotis nafsu makan sebab perut rasanya tidak nyaman.
Kentut sembarangan memang tidak sopan, tetapi menahan-nahan kentut juga bukan hal yang dianjurkan. Meski tidak berakibat sangat fatal dan tidak terlalu berbahaya, tetap ada risiko yang harus ditanggung jikalau gas berlebih di susukan pencernaan tidak dibebaskan.
Namun demikian, “kebiasaan” menahan kentut sebetulnya tidak berdampak pada akumulasi bau. sebab pada dasarnya, kentut merupakan produk sisa hasil metabolisme sistem pencernaan. Kaprikornus tetap saja akan berbau.
Hanya saja dikala ditahan, maka ia akan lebih besar jumlahnya. Maka dikala berhasil “diledakkan” maka ia akan semakin amboiii baunya.
Nah, gres tahu kan ? Jika kentut itu ternyata juga sebuah anugerah yang luar biasa ?!?
Makanya, jangan hanya kentut sembarangan. Tetapi juga harus jangan menahan kentut sembarangan.
Kentutlah pada tempatnya.
Kentutlah pada tempatnya.
Demi kesopanan dan kesehatan !