Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengantar Logika : Induksi, Hubungan Kausal, Dan Lima Metode Mill

Pengantar Logika : Induksi, Hubungan Kausal, dan Lima Metode Mill



ARGUMENTASI INDUKTIF/INDUKSI



Argumen induktif yaitu argumen yang kesimpulannya belum tersirat dalam premis-premisnya, lantaran penalarannya bertolak dari PROPOSISI PARTIKULAR/SINGULAR--produk pengamatan indrawi--sebagai premis-premisnya, sehingga relasi antara premis-premis dan kesimpulannya tidak bersifat konklusif, melainkan probabilitas.

Argumen ini tidak sanggup dikualifikasi valid atau tidak valid, melainkan dinilai menurut derajat tinggi-rendah PROBABILITAS.

Argumen induktif berintikan ANALOGI, yakni acara membandingkan-membandingkan dua hal atau lebih ( dalam bentuk proposisi-proposisi partikular atau singular ) dan menurut kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan yang ada ditarik kesimpulan tertentu.

Analogi sanggup dipakai untuk argumentasi dan untuk eksplanasi. 
  • Penggunaan analogi untuk argumentasi untuk menarik kesimpulan ( argumen analogikal ). 
  • Penggunaan analogi untuk eksplanasi yaitu penggunaan analogi untuk menawarkan citra perihal sesuatu dengan membandingkannya dengan sesuatu yang lain yang sudah lebih dikenal yang mempunyai kesamaan-kesamaan tertentu dengan yang hendak dijelaskan (mis.metafora dan perumpamaan) 

Para logikus umumnya membedakan dua jenis argumen induktif, yakni: 
  • Argumen analogikal (analogi induktif, argument by analogy
  • Generalisasi induktif (induktive generalization)

ARGUMEN ANALOGIKAL



Argumen analogikal yaitu kebijaksanaan sehat yang berupa menarik kesimpulan dari sejumlah kesamaan ciri atau sifat pada dua atau lebih hal (objek, kejadian). Kesimpulannya proposisi partikular/singular 

Bentuk logikal dari argumen analogikal yaitu : 

a, b, c, d semuanya mempunyai sifat P dan Q 
a, b, c, semuanya mempunyai sifat R 

Karena itu d mempunyai sifat R


Contoh :

Peristiwa 1: A mahasiswa yang malas belajar, sering bolos, tidak menciptakan kiprah -> tidak lulus. 
Peristiwa 2: B mahasiswa yang malas belajar, sering bolos, tidak menciptakan kiprah -> tidak lulus. 
Peristiwa 3: C mahasiswa yang malas belajar, sering bolos, tidak menciptakan kiprah -> tidak lulus 
Peristiwa 4: D mahasiswa yang malas belajar, sering bolos, tidak menciptakan tugas. 

Pertanyaannya: apa yang akan terjadi ? Si D tidak lulus (Prop. Singular)


GENERALISASI INDUKTIF (Enumerasi Sederhana)



Generalisasi induktif yaitu kebijaksanaan sehat yang menarik kesimpulan menurut sifat atau ciri yang sama yang ada pada sejumlah hal (kejadian, objek). Kesimpulannya yaitu bahwa semua hal (kejadian, objek) tertentu itu mempunyai sifat atau ciri yang sama atau apa yang beberapa kali terjadi dalam kondisi tertentu, sanggup dibutuhkan akan “selalu” terjadi apabila kondisi yang sama terpenuhi.

Kesimpulannya proposisi universal. Bentuk logikal induksi enumerasi yaitu :

  1. Kejadian 1 : gejala A disertai oleh keadaan S 
  2. Kejadian 2 : gejala A disertai oleh keadaan S 
  3. Kejadian 3 : tanda-tanda A disertai oleh keadaan S 

Karena itu, semua insiden dari tanda-tanda A disertai oleh keadaan S (A yaitu tanggapan dan S yaitu sebab) 


Contoh :

Peristiwa 1 : A mahasiswa yang malas belajar, sering bolos, tidak menciptakan kiprah -> tidak lulus. 
Peristiwa 2 : B mahasiswa yang malas belajar, sering bolos, tidak menciptakan kiprah -> tidak lulus. 
Peristiwa 3 : C mahasiswa yang malas belajar, sering bolos, tidak menciptakan kiprah -> tidak lulus. 

Bisa ditarik kesimpulan! 
....... 
Peristiwa 10.000.000: AAA mahasiswa yang malas.... tidak menciptakan tugas, dan tidak lulus 

Kesimpulan : (mungkin) Semua mahasiswa yang malas belajar, sering bolos, dan tidak pernah menciptakan tugas, tidak lulus (Prop. Universal) 

Probabilitasnya : Kesimpulan itu cukup menyakinkan -> amat sangat menyakinkan sekali.

Argumen analogikal dan generalisasi induktif sama-sama merupakan kebijaksanaan sehat induktif, namun ada perbedaan yakni: 

  • Argumen analogikal : kesimpulan partikular/singular 
  • Generalisasi induktif : kesimpulan universal 

Makin banyak jumlah insiden yang mengkonfirmasi ( sama/mirip ), makin tinggi probabilitas kesimpulan itu terjadi ( Kesimpulannya semakin meyakinkan ). 

Kelemahan logika induksi dengan enumerasi sederhana. Apabila ada satu saja insiden yang mendiskonfirmasi ( berbeda ), maka kesimpulan tersebut runtuh (kesimpulannya menjadi kurang meyakinkan ).



LIMA METODE MILL


Metode penyimpulan kausal pertama kali dikemukakan oleh seorang filsuf Inggris John Stuart Mill (1806-1873). Tujuannya: mencari lantaran yang paling mungkin dari insiden yang terjadi (akibat). 
  • Metode Persesuaian atau Metode Persamaan (Method of Agreement) 
  • Metode Perbedaan (Method of Difference) 
  • Metode Gabungan Persesuaian dan Perbedaan (Joint Method of Agreement and Difference) 
  • Metode Sisa (Method of Residues) 
  • Metode Perubahan Seiring (Method of Concomitant Variations)



METODE PERSAMAAN


Dalam dua insiden atau lebih, terdapat unsur yang sama, dengan tanggapan yang sama. Unsur yang sama itu dianggap sebagai lantaran yang paling mungkin. 

P Q R -> A 
R S T -> A 
R -> A 

Contoh : 


P1: Sekelompok mahasiswa yang mengambil kuliah logika di kelas X mempunyai kecerdasan di atas rata-rata, selalu hadir pada waktu kuliah, mencar ilmu setiap hari, rajin menciptakan tugas. Mereka lulus dengan nilai A.

P2: Sekelompok mahasiswa yang mengambil kuliah logika di kelas Y rajin menciptakan tugas, bahagia berdiskusi, aktif di kelas, dan tidak pernah tiba terlambat. Mereka lulus dengan nilai A.

K: Manakah lantaran yang paling mungkin menciptakan mereka lulus dengan nilai A?

IDENTIFIKASI

A: memiliki kecerdasan
B: selalu hadir kuliah
C: belajar setiap hari
D: Rajin menciptakan kiprah
E: senang berdiskusi
F: aktif di kelas
H: tidak pernah tiba telat
S: lulus dengan nilai A



Kesimpulan :

D bekerjasama lantaran tanggapan dengan s.

“Mahasiswa lulus dengan nilai A lantaran rajin mengerjakan tugas”


METODE PERBEDAAN

Dalam dua insiden atau lebih, terdapat unsur yang jikalau ada, jadinya menjadi ada, jikalau tidak ada, jadinya juga menjadi tidak ada. Unsur itu dianggap sebagai lantaran yang paling mungkin.

P Q R -> A 
P Z Q(-R) -> (-A) tanda (-) = tidak ada 
R -> A 

Contoh :



P1: Sekelompok mahasiswa yang mengambil kuliah logika di kelas X mempunyai kecerdasan di atas rata-rata, selalu hadir pada waktu kuliah, mencar ilmu setiap hari, rajin menciptakan tugas. Mereka lulus dengan nilai A.

P2: Sekelompok mahasiswa yang mengambil kuliah logika di kelas Z mempunyai kecerdasan di atas rata-rata, selalu hadir pada ketika kuliah, mencar ilmu setiap hari, tetapi tidak rajin menciptakan tugas. Tidak satupun dari mereka lulus dengan nilai A.

K: Manakah lantaran yang paling mungkin menciptakan mereka lulus dengan nilai A?


IDENTIFIKASI

A: Memiliki kecerdasan
B: selalu hadir
C: mencar ilmu setiap hari
D: rajin menciptakan kiprah
S: lulus dengan nilai A

 


Kesimpulan :

D bekerjasama lantaran tanggapan dengan ‘kejadian’

“Mahasiswa lulus dengan nilai A lantaran rajin mengerjakan tugas”


METODE GABUNGAN

Dalam dua insiden atau lebih, terdapat unsur yang jikalau ada jadinya menjadi ada, jikalau tidak ada jadinya juga menjadi tidak ada, serta disamping itu juga diperkuat dengan adanya unsur yang sama dengan tanggapan yang sama di insiden lainnya. Unsur itu dianggap sebagai lantaran yang paling mungkin.

P Q R -> A 
S R T -> A 
P Q U -> (-A) tanda (-) = tidak ada 
R -> A 

Contoh :



P1: Sekelompok pengemudi sepeda motor sering mengemudi dengan kecepatan tinggi, mematikan lampu besar di siang hari, mengemudi tanpa helm, pernah ditilang polisi. Mereka pernah mengalami kecelakaan parah.

P2: Sekelompok pengemudi sepeda motor, mematikan lampu besar di siang hari, belum mempunyai SIM, mengemudi tanpa helm, sering melanggar kemudian lintas. Mereka tidak pernah mengalami kecelakaan parah.

P3:
Sekelompok pengemudi sepeda motor sering mengemudi dengan kecepatan tinggi, belum mempunyai SIM, sering melanggar kemudian lintas, mengemudi tanpa helm. Mereka pernah mengalami kecelakaan parah.

K: Manakah lantaran yang paling mungkin menciptakan pengemudi pernah mengalami kecelakaan parah


IDENTIFIKASI

A: mengemudi kecepatan tinggi
B: mematikan lampu besar
C: tanpa helm
D: pernah ditilang
E: belum mempunyai sim
F: melanggar kemudian lintas
S: kecelakaan

Kesimpulan:


“A bekerjasama lantaran tanggapan dengan kecelakaan (S)”
“Kalau orang mengemudi dengan kecepatan tinggi, akan celaka parah,



METODE RESIDU (SISA)

Dalam dua insiden atau lebih, serangkaian unsur menciptakan serangkaian tanggapan terjadi, sehingga ada unsur yang tersisa yang disertai juga dengan tanggapan yang tersisa. Unsur yang tersisa itu dianggap sebagai lantaran yang paling mungkin untuk tanggapan yang tersisa itu.

P Q M N R -> A B C D E
P Q M N -> B C D E 
R -> A


Contoh :



P1: Sekelompok pekerja di suatu pecahan pada perusahaan X bersikap jujur, disiplin, dan taat kepada atasan. Mereka dipercaya untuk mengerjakan proyek yang besar, mendapat kenaikan jabatan, dan mendapat kenaikan gaji.

P2: Sekelompok pekerja di suatu pecahan lain pada perusahaan X bersikap jujur dan taat kepada atasan. Mereka dipercaya untuk mengerjakan proyek yang besar serta mendapat kenaikan jabatan.

K: Manakah lantaran yang paling mungkin menciptakan pekerja itu mendapat kenaikan gaji?


IDENTIFIKASI

A: jujur
B: disiplin
C: taat atasan
S1: Gaji naik
S2: proyek besar
S3: Naik Jabatan




Kesimpulan :

“Kenaikan honor dikarenakan oleh disiplin”


METODE PERUBAHAN SEIRING

Dalam dua insiden atau lebih, serangkaian unsur menciptakan serangkaian tanggapan terjadi, sehingga ada unsur yang berubah secara seiring, diikuti dengan tanggapan yang juga berubah secara seiring. Unsur yang berubah secara seiring dianggap sebagai lantaran yang paling mungkin menciptakan tanggapan yang berubah secara seiring juga (dapat berbanding lurus maupun terbalik). 

P Q R -> A B C atau P Q R -> A B C 
P Q R+ -> A+ B C atau P Q R+ -> A- B C 
P Q R++  -> A++ B C atau P Q R++  -> A - - B C 
R -> A atau R -> A 


Contoh 1 :



P1: Di suatu hari, juru masak restoran A menambahkan ramuan bumbu masak berupa 1/4 sdt lada, 1 sdt garam dan 1 sdt pala pada masakannya. Masakan tersebut disukai oleh sedikit sekali pengunjung.

P2: Di hari lain, juru masak restoran itu menambahkan ramuan bumbu masak berupa 1/2 sdt lada, 1 sdt garam dan 1 sdt pala pada masakannya. Masakan tersebut disukai oleh separuh lebih pengunjung.

P3: Di hari lain lagi, juru masak restoran itu menambahkan ramuan bumbu masak berupa 1 sdt lada, 1 sdt garam dan 1 sdt pala pada masakannya. Masakan tersebut disukai oleh hampir semua pengunjung.

K: Manakah unsur yang mengakibatkan masakan tersebut semakin disukai oleh pengunjung?


IDENTIFIKASI :

A: ¼ sdk lada
A+: ½ sdk lada
A++: 1 sdk lada
B: 1 sdk garam
C: 1 sdk pala
S: sedikit pengunjung
S+: separuh pengunjung
S++: semua pengunjung

Kesimpulan:
A merupakan unsur yang berubah seiring dengan perubahan S. 

KESIMPULANNYA: “semakin banyak lada ditambahkan, masakan semakin digemari oleh banyak pengunjung”. 

ATAU

“Semakin banyak lada ditambahkan, semakin banyak pengunjung menggemari masakan tersebut”.


Latihan 1



Seorang mahasiswi yang boros

P1: Seorang mahasiswi pergi ke salon setiap minggu, shopping ke mall sekali seminggu, dan menonton film di bioskop 2x sebulan. Uang saku bulanannya habis sempurna satu bulan.

P2: Bulan berikutnya, mahasiswi itu pergi ke salon setiap minggu, shopping ke mall dua kali seminggu, dan menonton film di bioskop 2x sebulan. Uang saku bulanannya habis dalam jangka waktu setengah bulan.

P3: Bulan berikutnya lagi, mahasiswi itu pergi ke salon setiap minggu, shopping ke mall setiap hari, dan menonton film di bioskop 2x sebulan. Uang saku bulanannya habis dalam jangka waktu tiga hari.

K: Manakah unsur yang mengakibatkan uang saku bulanan mahasiswi itu semakin cepat habis?

SILAHKAN DIBUAT ANALISA DAN TEMUKAN PENYEBAB UANG SAKU HABIS dengan metode Mill variasi !